HP ku berdering. Kira-kira jam 9 malam waktu itu aku masih di kantor menemani kerjaan yang harus di selesaikan waktu itu juga. Memang hari-hari yang aku jalani saat itu terasa berat dan membingungkan, selalu bikin stres dan memang beban bagiku. Sepertinya aku mengalami hal yang dalam hidupku belum pernah aku rasakan.
Telepon kembali berdering. Masih di kantor? suara seorang wanita yang kesedihan. Ya, aku masih lama dan ga bisa ngantar. Bagaimana kalo cuma kedepan saja. Udah ga usah ga papa, sahutnya. Akupun melanjutkan membantu pekerjaan yang memang harus selesai saat itu juga. Waktu saat itu terasa begitu cepat, sementara kerjaan terasa tak pernah habis-habis.
Nada HP ku terdengar kembali. Kamu tega ya aku kan perempuan, malam-malam lagi. Kamu harus tanggung jawab kalau terjadi apa-apa sama aku. Bingung. Bingung sekali karena bukan hanya kerjaan yang menghadangku, tapi dengan berbagai hal dan berbagai alasan yang membuat aku ga bisa ngantar dia.
Akhirnya aku berpikir keras dan kuputuskan untuk ngantar dia. Ijinpun aku minta untuk pulang duluan. Tunggu aku, kataku. Akhirnya aku ketemu di sebuah putaran bus, menunggu beberapa lama dan akhirnya kami naik menuju jurusan Pelabuhan merak kurang lebih jam 10an malam.
Berdua kami lalui jalan-jalan yang terbentang di hadapan kami. Aku lihat cahaya lampu mercury di sepanjang jalan, namun aku rasakan redup cahayanya terhalang oleh gelapnya malam. Seperti otakku yang aku rasakan ruwet dan hatiku yang penuh dengan ketakutan, kekesalan, kekecewaan, penyesalan dan beribu-ribu pertanyaan yang harus aku jawab sendiri.
Tujuan kami akhirnya sampai jam 2an di sebuah pelabuhan tempat orang-orang berlabuh. Kami istirahat sejenak untuk melepaskan kepenatan yang menerpa kami berdua. Aku tak tau apa yang ada di dalam pikirannya. Dia juga ga tau apa yang ada di dalam pikiranku. Yang aku tau dia harus secepatnya datang ke kampung halaman untuk menemui orang tuanya.
Kurang lebih jam 3an kami memutuskan untuk memebeli karcis, yang hanya satu sja. Anter sampe ke rumah dong!. Pintanya. Ga bisa, jawabku. Bener. Ya bener, jawabku kembali. Aku antar dia menuju kapal, hanya sampailuar samping pintu kapal, ya hanya smpai luar saja. Selamat jalan, hati-hati. Udah kamu pulang aja ga usah nungguin aku, katanya. Yang memang kapal pada saat itu masih menunggu penumpang yang lain. Ya, jawabku. Tapi aku putuskan untuk menunggu melihat keberangkattannya. Aku melihat dia masuk dan duduk dekat jendela agar bis melihatku yang masih menungguinya.
Lama memang aku raskan menunggu kapal berangkat. Aku sudah ga bisa berpikir lagi. Terasa ga ada lagi ruang dalam otakku untuk menyimpan sedikit saja memory. Aku lihat dia melambaikan tangan seakan ingin memelukku namun terhalang jendela kapal. Yah.. yang akhirnya yang dia peluk hanya bayanganku saja. Aku rasakan begitu sedih dan terharu. Rasanya aku juga ingin memeluknya erat-erat dan takkan aku lepaskan karena ga mau kehilangan dia.
Lama-lama dia keluar dan mendekatiku. Sudah pulang saja, masih mikirin apa sih. dengan berat hati aku menjawab. Ya sudah aku pulang yah! Kamu hati-hati di jalan, sampaikan salamku kepada kedua orang tuamu. Setapak demi setapak aku menjauhinya. Lambaian tangannya aku balas dengan dada yang sesak menahan air mata yang akan keluar mendahului aku keluar dari pelabuhan. Aku laki-laki ga boleh nangis Tekadku. Dari jauh aku masih melihatnya menatapku dengan berbagai pertanyaan dan berbagai perasaan yang ada di hatinya. Aku rasakan betapa pedih dan perihnya hati ini. Dunia memang kejam. Berat sekali langkah ini untuk menjauhinya.
Walau terasa berat aku terus berlalu meninggalkannya sambil ku balas lambaian tangannya. Tak terasa air mata sudah membasahi pipi. Menjadi saksi betapa beratnya aku berpisah dengannya. Menjadi saksi hidup yang abadi, yang di temani sepoy angin yang menerpa wajahku. Semoga Kau selalu di berikan kebahagiaan oleh yang kuasa. Dan yang harus kamu tau aku selalu memikirkanmu dan teringat akan kenangan indah bersamamu. berbahagialah kamu untuk selamanya. Sampai kamu menuju kehidupan yang abadi. Bahagialah. Bahagialah kamu hai wanita yang pernah mengisi ruang hati dan hidupku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar