Rabu, 30 Januari 2008

SEKEDAR

Hanya untuk mengingatkan diriku bahwa sebenarnya kemiskinan itu adalah sahabatnya orang-orang yang berilmu. Sahabatnya orang-orang yang derajatnya tinggi dari derajat orang-orang yang tak berilmu pengetahuan. Imam Ibnu Kharrasy pernah bercerita, "demi mencari ilmu, aku pernah meminum air kencingku sendiri sebanyak lima kali. Ceritanya, sewaktu melintas di gurun pasir untuk mendapatkan hadits aku merasa kehausan yang luar biasa tanpa ada yang bisa aku minum. Maka dengan terpaksa aku minum air kencingku sendiri". Begitu juga dengan Imam Bukhori yang tidak memiliki apa-apa. Sampai pakaianpun tidak punya, sehingga ia terhalang dari menulis hadis. Selama beberapa hari Bukhori tidak menulis hadis di Bashrah. Setelah di cari kemana-mana akhirnya ia di dapati di sebuah rumah dalam keadaan telanjang. Ia sudah tidak punya apa-apa. Begitu juga dengan penderitaan Imam Malik yang demi membiayai dirinya menuntut ilmu beliau sampai mencopot atap rumahnya, lalau menjual papannya. kemiskinan saat menuntut ilmu harus benar-benar dinikmati. Karena kemiskinan berada di Sorbannya para Ulama. Ketika cinta bertasbih 1. Habiburrahman L Shirazy

Rabu, 23 Januari 2008

PELABUHAN

HP ku berdering. Kira-kira jam 9 malam waktu itu aku masih di kantor menemani kerjaan yang harus di selesaikan waktu itu juga. Memang hari-hari yang aku jalani saat itu terasa berat dan membingungkan, selalu bikin stres dan memang beban bagiku. Sepertinya aku mengalami hal yang dalam hidupku belum pernah aku rasakan. Telepon kembali berdering. Masih di kantor? suara seorang wanita yang kesedihan. Ya, aku masih lama dan ga bisa ngantar. Bagaimana kalo cuma kedepan saja. Udah ga usah ga papa, sahutnya. Akupun melanjutkan membantu pekerjaan yang memang harus selesai saat itu juga. Waktu saat itu terasa begitu cepat, sementara kerjaan terasa tak pernah habis-habis. Nada HP ku terdengar kembali. Kamu tega ya aku kan perempuan, malam-malam lagi. Kamu harus tanggung jawab kalau terjadi apa-apa sama aku. Bingung. Bingung sekali karena bukan hanya kerjaan yang menghadangku, tapi dengan berbagai hal dan berbagai alasan yang membuat aku ga bisa ngantar dia. Akhirnya aku berpikir keras dan kuputuskan untuk ngantar dia. Ijinpun aku minta untuk pulang duluan. Tunggu aku, kataku. Akhirnya aku ketemu di sebuah putaran bus, menunggu beberapa lama dan akhirnya kami naik menuju jurusan Pelabuhan merak kurang lebih jam 10an malam. Berdua kami lalui jalan-jalan yang terbentang di hadapan kami. Aku lihat cahaya lampu mercury di sepanjang jalan, namun aku rasakan redup cahayanya terhalang oleh gelapnya malam. Seperti otakku yang aku rasakan ruwet dan hatiku yang penuh dengan ketakutan, kekesalan, kekecewaan, penyesalan dan beribu-ribu pertanyaan yang harus aku jawab sendiri. Tujuan kami akhirnya sampai jam 2an di sebuah pelabuhan tempat orang-orang berlabuh. Kami istirahat sejenak untuk melepaskan kepenatan yang menerpa kami berdua. Aku tak tau apa yang ada di dalam pikirannya. Dia juga ga tau apa yang ada di dalam pikiranku. Yang aku tau dia harus secepatnya datang ke kampung halaman untuk menemui orang tuanya. Kurang lebih jam 3an kami memutuskan untuk memebeli karcis, yang hanya satu sja. Anter sampe ke rumah dong!. Pintanya. Ga bisa, jawabku. Bener. Ya bener, jawabku kembali. Aku antar dia menuju kapal, hanya sampailuar samping pintu kapal, ya hanya smpai luar saja. Selamat jalan, hati-hati. Udah kamu pulang aja ga usah nungguin aku, katanya. Yang memang kapal pada saat itu masih menunggu penumpang yang lain. Ya, jawabku. Tapi aku putuskan untuk menunggu melihat keberangkattannya. Aku melihat dia masuk dan duduk dekat jendela agar bis melihatku yang masih menungguinya. Lama memang aku raskan menunggu kapal berangkat. Aku sudah ga bisa berpikir lagi. Terasa ga ada lagi ruang dalam otakku untuk menyimpan sedikit saja memory. Aku lihat dia melambaikan tangan seakan ingin memelukku namun terhalang jendela kapal. Yah.. yang akhirnya yang dia peluk hanya bayanganku saja. Aku rasakan begitu sedih dan terharu. Rasanya aku juga ingin memeluknya erat-erat dan takkan aku lepaskan karena ga mau kehilangan dia. Lama-lama dia keluar dan mendekatiku. Sudah pulang saja, masih mikirin apa sih. dengan berat hati aku menjawab. Ya sudah aku pulang yah! Kamu hati-hati di jalan, sampaikan salamku kepada kedua orang tuamu. Setapak demi setapak aku menjauhinya. Lambaian tangannya aku balas dengan dada yang sesak menahan air mata yang akan keluar mendahului aku keluar dari pelabuhan. Aku laki-laki ga boleh nangis Tekadku. Dari jauh aku masih melihatnya menatapku dengan berbagai pertanyaan dan berbagai perasaan yang ada di hatinya. Aku rasakan betapa pedih dan perihnya hati ini. Dunia memang kejam. Berat sekali langkah ini untuk menjauhinya. Walau terasa berat aku terus berlalu meninggalkannya sambil ku balas lambaian tangannya. Tak terasa air mata sudah membasahi pipi. Menjadi saksi betapa beratnya aku berpisah dengannya. Menjadi saksi hidup yang abadi, yang di temani sepoy angin yang menerpa wajahku. Semoga Kau selalu di berikan kebahagiaan oleh yang kuasa. Dan yang harus kamu tau aku selalu memikirkanmu dan teringat akan kenangan indah bersamamu. berbahagialah kamu untuk selamanya. Sampai kamu menuju kehidupan yang abadi. Bahagialah. Bahagialah kamu hai wanita yang pernah mengisi ruang hati dan hidupku.

Rabu, 02 Januari 2008

SEBUAH PESAN UNTUK ADIK

Dik... Jangan sampai Tertidur dengan Dunia yang Merayu
Lihatlah pagi ini, begitu cerah nan indah. Rerumputan mulai tumbuh, bunga mulai mekar. Embun pagi berkilauan di belai cahaya matahari. Seorang anak manusiapun lahir dari rahim sang ibu. Adiku... ternyata adikku yang sedang menyapa dunia. Dik aku melihatmu, melihatmu yang masih merah dan tanganmu yang halus lembut menggenggam jemariku begitu kuat. Seakan tangan ini mampu untuk menaklukkan dunia yang penuh keangkuhan. Dik kita tumbuh bersama dari rahim yang sama pula. Dulu aku khawatir kalau kamu terjatuh dari kamu berjalan merangkak. Mungkin kamu akan menangis sebentar untuk kemudian tertawa lagi seolah tidak ada apa-apa yang menimpamu saaat itu. Tapi kini, saat ini kalau kamu jatuh kamu tidak akan hanya menangis. Mungkin kamu akan tidak sadar siapa diri kamu ini dan aku sebagai kakak jauh akan lebih khawatir dan jauh akan lebih takut kalau kamu sampai jatuh. Karna bila kamu jatuh hari ini, maka masa depan duniamu akan gelap tak bercahaya. Seperti lorong yang tanpa ujung. Dik kamu kini sudah dewasa, kamu akan makin sulit mengenal diri kamu. Kebimbangan dan keraguan selalu membayangi di benakmu. Terlalu berat beban yang kamu pikul. Tapi kamu mampu dan pasti bisa, karena kamu adikku. Dik dunia ini penuh badai yang sangat kuat. Berpeganglah kamu pada sang Alief. Karena sebesar apapun badai yang menerjang dia tidak akan pernah bergeming. Angin saat ini adalah api yang selalu menebarkan panasnya di setiap hati-hati manusia. Siramilah hati dengan sinaran Illahi yang abadi yang tidak pernah padam sampai akhir kita di hidupkan kembali. Dik temukanlah siapa dirimu itu. Raihlah apa yang ingin kau raih. Genggamlah erat-erat jati diri yang telah kau temukan. Jadikan ia intan berlian di hatimu yang paling dalam yang akan berkilauan memancarkan sari-sari kebahagia di sekitarmu.

RINDU SAHABAT

Sahabat.......
Biasanya setiap malam yang penuh moment selalu berada bersama semua sahabat. Tertawa, bercanda, saling ejek dan saling didik. Semuanya terasa akan kehangatan bercengkrama, meskipun di tempat yang seadanya. Kini hari-hariku sendiri. Sepi tak berdawai. Hanya bisikan-bisikan angin malam yang selalu mengajakku terbang kedunia khayalan yang penuh gemerlap dan gelak tawa. Namun itu hanya sekejap untuk datang dan berlau begitu saja. Aku rindu kalian sahabat, Rindu akan semua tentang mimpi indah bersama yang harus kita wujudkan. Kini mimpi itu kita jalani sendiri-sendiri. Entah kapan kita akan bertemu kembali. Mungkin di kemudian hari. Diwaktu yang sudah di tentukan. Mungkin keadaan kita akan sangat berbeda dari awal kita bertemu sampai kita berpisah seperti saat ini. Kita berjauhan dan berlomba mengejar mimpi untuk menjadi wujud dalam genggaman kita. Sahabat, Kenanglah aku untuk selamanya. Karena kalian akan selalu ada dalam ingatanku dan takkan pernah terlupakan.