Selasa, 13 Mei 2008

CERMIN DIRI

Perjalana Jibril AS
Suatu riwayat menceritakan bahwasanya Malaikat Jibril AS di perintah oleh Allah SWT untuk bertanya kepada mahlukNya yang ada di bumi. Lalu Jibril AS menjalankan perintah itu.
Pertama kali yang ia datangi adalah seekor kerbau yang sedang bermandi dengan lumpur. Alangkah asyiknya sang kerbau berguling-guling berlumuran lumpur yang kotor. Kemdian datanglah Jibril AS bertanya pada sang kerbau. Hai kerbau berbahagiakah engkau yang hidup dengan mandi lumpur yang kotor. Aku berbahagia Allah SWT menciptakan aku dengan bermandikan lumpur. Dari pada aku di jadikan seekor kelelawar yang mandi dengan air kencingnya sendiri.
Kemudian Jibril AS pergi meninggalkan sang kerbau untuk menemui kelelawar. Hai kelelawar berbahagiakah engkau bahwa Allah SWT menjadikan engkau dengan mandi dari air kencingmu sendiri? Aku berbahagia Bahwa aku di jadikan Allah SWT dengan mandi air kencingku sendiri, dari pada aku di jadikan seekor cacing yang berjalan dengan tubuhnya.
Jibril AS pun berlalu dan menemui cacing yang kemudian dia bertanya. Wahai cacing berbahagiakah engkau Bahwa Allah menciptakan engkau dengan berjalan dengan tubuhmu? Aku berbahagia dari pada aku di jadikan oleh Allah SWT menjadi seorang Manusia yang tidak pandai bersyukur dan tidak beribadah kepada Allah SWT.
Aku jadi berfikir Aku ini masuk golongan manusia yang mana yang berbahagiakah atau orang-orang yang celaka karena tidak pandai bersyukur dan tidak beribadah kepada Allah SWT. Betapa Allah SWT menciptakan Mahluk itu dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tinggal kita bagaimana untuk menyikapi ciptaan Allah SWT itu. Termasuk aku sebagai manusia yang di katakan mahluk paling sempurna di antara mahluk-mahluk lainnya.

Kamis, 08 Mei 2008

KEJAMNYA BINTARO

Adikku Sayang Adikku Malang........................
Kau berjalan dengan langkah kaki yang tertatih. Kau lalui jalan setapak dengan derai air mata. Dengan napas yang penuh sesak dan dada yang bergemuruh mengapi di antara himpitan racun kehidupan yang kau hadapi.
Adikku harini, saat ini ingin ku peluk kau dengan erat seerat eratnya dan tak ingin aku lepaskan lagi. Karena aku tak rela dengan derita yang kau hadapi saat ini. Pasrahkanlah semuanya pada sang nasib. Biarlah Dia yang akan membalasnya. Membalas perlakuan Sang jahanam yang mengusirmu bak anjing pesakit. Yang melemparkan dan mencampakkanmu seperti sampah yang berbau busuk tak berguna.
Adikku aku serukan kepada mereka bahwa aku siap untuk PERANG. Kukepalkan tinjuku untuk menantangnya. Aku takkan gentar, takkan mundur walau selangkahpun. Karena aku tidak takut mati untuk membela keluargaku yang paling aku sayangi, yang paling aku cintai.
Dadaku menggemuruh sesak tak tertahankan, ingin MELEDAK. Biar ledakkannya membinasakan mereka yang menganiyaya hidupmu. Pedangku telah siap aku hunus. Air mataku kujadikan senjata yang paling mematikan. Rintihan hatiku kujadikan tameng yang kuatnya melebihi baja.
Tenanglah Adikku. Tenang. Tenanglah seperti karang. Bintang-bintang jadikanlah hiasan.

Rabu, 07 Mei 2008

DONGENG SEBELUM TIDUR

Anak Ikan yang Gelisah
Suatu hari seorang Ibu dan anaknya sedang mencuci pakaian di pinggir sungai. Sang ibu bercerita kepada anaknya kehidupan di bumi ini tentang tanah, air dan udara. Seekor anak ikan kecil menghampiri dua orang manusia itu, sambil mendengarkan percakapannya. Ikan kecil itu asik mendengar cerita sang ibu.
Anakku taukah kamu bahwa air itu adalah sumber kehidupan. Jika air itu tidak ada maka binasalah seluruh kehidupan ini. Ikan kecil itu kaget ketika mendengar cerita si ibu. Dia ketakutan setengah mati. Dia berlari kesana kemari sambil bertanya kepada ikan yag lebih dewasa. Wahai sodaraku taukah kamu dimana air itu. Tidak jawab ikan yg sudah dewasa. Memangnya kenapa? Taukah kamu karena kita akan binasa bila air itu tidak ada. Tanya saja sama sesepuh ikan disana. Dia ikan yang sudah berpengalaman. Pasti dia tau. Tempatnya di hulu sana.
Lalu si ikan kecil berlari menuju ikan sepuh yang di tunjukan ikan dewasa itu. Kakek, tanya si ikan kecil. Ada apa anakku, kamu kok kayaknya sedang dalam ketakutan. Ada apa, tanya si kakek. Taukah kakek dimana itu air. si kakek tersenyum. Memangnya kenapa kau tanyakan itu. Sebab kita akan musnah kalau air tidak ada.
Anakku lihatlah di sekelilingmu, kau sudah merasakannya, kau sudah melihatnya bahkan kamu hidup di dalamnya. Hidup bersama dari kamu sangat kecil sampai sekarang ini. Kamu selalu hidup bersama-sama. Hanya saja kadang tidak sadar bahwa sebenarnya apa yang paling kita butuhkan tidak jauh dari diri kita sendiri. Tidak ada jarak walau sejengkalpun. Hanya saja ketidak sadaran itu membuat akal menjadi gelap dan perasaan menjadi sirna. Membuat akal tidak bekerja dengan sewajarnya malah bekerja di luar batas nalar yang sudah di tentukan. Perasaan tidak peka yang membuat diri menjadi biadab. Lupa akan kehidupan yang sesungguhnya.
Wahai anakku sesungguhnya tuhan memberikan hidup itu dengan kemampuannya. Maka apa yang harus di takutkan. Sesungguhnya yang sejati adalah tidak pernah ada rasa takut, rasa was-was. Yang sejati adlah selalu berani dan tidak pernah ragu. Jalanilah hidup ini dengan kemampuannmu. Kalau kamu sudah meras tidak mampu maka berhentilah dan cari jalan lain yang tidak jauh dari diri kita.
Ikan kecil akhirnya pergi dengan hati puas, karena sudah mendapatkan jawaban atas semua pertanyaan yang terpendam di benaknya. Kini ia telah siap untuk menjadi dewasa dan menjadi ikan yang siap menghdapi hidup.